Catatan Kecil...
17.47
wita
Setiap
orang berhak bahagia. Meski begitu, harus di ingat bahwa bahagia yang
sesungguhnya bukan berasal dari sesuatu yang dipaksakan. Bahagia itu sederhana.
Karena sesuatu yang benar-benar datang dari lubuk hati.
Tapi
inilah kehidupan dengan berbagai dinamikanya. Setiap manusia memiliki karakter
sendiri-sendiri. Tentang bagaimana dia
menyikapi hidup, bagaimana memperlakukan takdir dan bagaimana meresapi segala
sesuatu yang telah terjadi.
Terkadang ikhlas menjadi jalan terakhir yang harus
di tempuh. Namun itu jika kita benar-benar merasa menjadi makhluk yang percaya
dengan ketetapan Sang Pencipta. Percaya pada ketentuan yang telah di gariskan
pada kita.
Tentang
arti galau. Itu manusiawi. Siapapun berhak merasakan galau. Kecuali jika dia
tidak mempunyai hati dan rasa. Galau itu bukan hanya untuk cinta pada lawan
jenis. Galau bisa terjadi pada situasi apapun. Saat kenyataan tak sesuai dengan
harapan, hal inilah yang akan menjadi titik awal resah tak terdefinisi itu.
Setiap
orang beda. Beda dalam hal menyikapi masalah.
Bagiku
masalah itu warna. Tak ada masalah, yaah tidak seru (seperti kata-kata di iklan
minuman). Kita tidak akan pernah
mengetahui arti bahagia jika tidak mengalami kesedihan.
Di
senja ini, ada beberapa anak lelaki yang sedang bercengkrama dengan papan skate
nya. Ada lelaki remaja yang sedang asyik bersepeda. Hingga mataku terusik
dengan pandangan aneh dari 3 orang remaja kecil yang diarahkan padaku. Ahaaa!
Aku tersenyum lucu.
Entah
apa yang menjadikan mereka begitu lama menatapku yang duduk sendirian di atas
motor matic sambil mengutak-atik handphone. Menurutku : mungkin aku mirip
dengan salah satu orang yang mereka kenal, atau karena aku sedang duduk
sendirian, atau mereka risih karena aku sibuk mengutak-atik handphone tanpa peduli dengan orang di
sekelilingku (pikirnya : “kakak itu kok sms an muluu yah?” | padahal aku sedang
ngetik tulisan untuk blog ku via handphone), atau mereka tertarik dengan
wajahku yang unyu-unyu baby (eits, gag boleh protes!) Apapun alasan nya, aku gag
risih. Mereka berhak untuk itu.
Hingga
malam menggantikan senja, aku masih enggan beranjak dari posisi nyaman.
Menikmati suasana yang sudah sangat sering kurasakan. Dan aku tidak pernah
bosan. Karena bagiku, ketika menikmati senja, ada kekuatan baru untuk selalu
hidup dan bahagia. Meski dari senja, banyak tercipta tulisan-tulisan galau
melankolis (minjem istilah richi anyan).
Karena
sebenarnya hidup itu sederhana, yang hebat itu tafsirannya (Pramoedya Ananta
Noer).
Sunset
at Celebes Convention Center, March 29, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar