Selasa, 10 Juli 2012

Saya cukup menciptakan NELANGSA, Sudah nikmati saja


Guratan Senja...

Tulisan ini tercipta karena guratan senja. Disana, ada banyak kapal-kapal   yang setia dengan aktivitasnya. Ada banyak muda mudi yang juga setia dengan pubernitas.  Ada pengamen, pengasong yang hilir mudik di depanku, sekedar untuk menyambung hidup. Tempat ini belum begitu sempurna, namun cukup indah bagiku.  Tampilan nya jujur dan tidak kaku.

Aku pernah membayangkan berada disuasana kota dunia. New York, Roma, Oslo, atau Dubai mungkin. Ada banyak kesempurnaan di sana. Aku  memahami kehidupan yang penuh dengan ketidak pedulian. Mungkin itu suasana yang tepat untuk pribadi cuek sepertiku.

Kadang ada hal-hal kecil yang terlupakan. Tentang pemandangan laut lepas, langit senja yang selalu di agung-agungkan para pemujanya (mungkin termasuk aku), hingga pandanganku terusik  dengan sosok wanita tua itu. Wanita renta  (kemungkinan dia berusia 60 tahun) yang di bahunya di tenteng sebuah tas yang sudah lusuh, sibuk merapikan  gundukan batu sebagai batas parker kendaraan. Dan dia seorang tukang parkir rupanya. Akh, sekejam itukah kehidupan, hingga wanita ini harus menjalani aktivitas bak seorang lelaki.

Dulu, tempat ini dijuluki kantin terpanjang di dunia. Mungkin karena di sepanjang  jalan ini di penuhi para penjual makanan khas daerah.

Ada banyak kejujuran disini. Senja yang kelihatan tinggal separoh nya saja, bangunan-bangunan mewah yang kelihatan sangat angkuh. Bak penari erotis,  dan aku sangat-sangat tidak tertarik. 

Mungkin aku bisa lebih angkuh dari bangunan mewah itu. Aku bisa lebih kasar  dari perkiraan mu. Tapi bagiku itu munafik. Meski, terlihat sempurna, menjadi orang lain itu sangat-sangat tidak membanggakan. Aku memang terlahir menjadi seorang wanita yang sedikit (hanya sedikit) kasar, tapi aku  bukan wanita yang tega menyakiti.

Cukup dengan menginjak kaki sendiri, itu sudah sangat menamparku,  bahwa menyakiti orang lain itu bukan suatu kebanggaan.

Di sini, ada banyak tanya yang belum terjawab. Ada banyak resah yang belum terurai.  Biarkan semuanya menumpuk hingga menggunung.  Tentang jawab yang belum terurai, itu bukan kekhawatiran. Karena aku memang sudah tidak peduli. Bukan tidak di sengaja, hanya saja ini terlalu rumit bagiku. Aku cukup menciptaan nelangsa. Sudah begitu saja.

1 komentar: