Part I
Kali ini
saya akan menikmati free time selama 4
hari. Saya tidak cuti kerja, saya bolos (jangan ditiru, ini contoh
generasi salah jalan). Tujuanku sebenarnya
adalah membuang beberapa kepenatan yang tidak sempat tersalurkan saat libur
tahun baru lalu. Iyaps, sy liburan. Dan salah satu tujuan liburan kali ini
adalah mengunjungi teman seperjuangan sewaktu masih berstatus aktivis persma. Entah takdir apa yang
mempertemukan ku dengan gadis bernama Hidromatul Maqnuah, di panggil atul, asal
madiun, otak dan hatinya sejalan dengan kegilaanku (hahaaiiiii). Nah, ijin
liburku kali ini juga bertepatan dengan Reuni Alumni PPMI di Jakarta.
Yaps,
kembali tentang PPMI. Dosa yang indah yang pernah sy lewati beberapa tahun
lalu. Dosa yang memberikan banyak pelajaran berharga. Mulai dari hubungan
emosional hingga karir. Dosa ini semacam candu yang tidak butuh rehabilitasi.
Karena candu kali ini adalah pelajaran hidup yang harus selalu ada.
Kamis
pagi. Cuaca hari ini sangat mendukung. Cerah berbinar seperti kebahagiaan ku
membayangkan liburan yang hanya 4 hari. Ngeneess high quality sih, tapi tak
apalah 4 hari yang berbahagia ini akan sy gunakan sebaik2nya (sama seperti saya
mengirit uang 50rb pra H-5 tanggal gajian).
Sebelum
berangkat kebandara, saya periksa kembali barang2 bawaan. Jangan sampai ada
yang terlupa. Dan sebagai admin yang bertanggung jawab, saya juga sempat melayangkan pesan singkat untuk
asisten admin yang akan menghandle kerjaan selama saya liburan. Baiklah, taksi
yang via delivery order sudah tiba depan rumah. Koper cantik saya masukan dalam
bagasi, pamitan sama adek sepupet kesayangan dan cuuusss. Perjalanan pun di
mulai.
Sepanjang
perjalanan dari rumah menuju bandara sy banyak ngobrol dengan bapak supir
taksi. Si bapak bercerita tentang
pengalaman nya jadi supir taksi. Beliau sudah 28 tahun jadi supir taksi (wowww, saya belum
lahir waktu itu, di rencanakan saja belum). Sudah keluar masuk 4 perusahaan
taksi. Dan di salah satu perusahaan taksi beliau sempat menyicil 1 buah mobil.
Menurutku itu kereen. Dari cerita si bapak, jadi supir taksi itu menyenangkan.
Bisa berbaur dengan banyak kalangan. Saya perhatikan Bapak supir taksi ini seumuran papa. Waaah,
jadi kebayang wajah papa (lelaki yang satu itu tak pernah luput dari perumpamaan
kehidupan).
Singkat
cerita, sampailah saya di bandara. Saya langsung chek in. Setelah chek in, saya
liat jam, penerbangan 1 jam lagi. Kayaknya sy masih punya waktu untuk memenuhi
hak tubuh di salah satu tempat makan cepat saji yang ada di bandara. Penghuni
lambung sudah demo.
Pukul
09.45 wita, pesawat yang saya tumpangi terbang ke tanah jawa. Liburan sendirian
(kataku dalam hati). Dan pukul 10.10 wib sy tiba di Juanda Airport. Menurut
rencana, dari bandara saya akan langsung ke Madiun.
Untuk
sampai keterminal, saya harus menunggu jemputan lagi. Kali ini saya akan di
jemput sama eks Sekjend PPMI nas. Juga, teman seperjuangan semasa di persma.
Setelah menghabiskan 1 gelas fooster grape, si penjemput datang. Kami pun cuss
terminal.
Saya tidak
akan cerita banyak soal si penjemput. Nanti di bilang modus. Intinya doi pernah
jadi org paling baik dalam perjalanan hidup. Big thanks beb. Hahahah
Baiklah,
sekarang sudah di dalam bis. Menurut rekomendasi atul, sy harus naik bis Restu.
Si penjemput bilang naik bis Jaya juga bisa. Sama kok, dan pasti nyampek.
Katanya gitu. Saya tanya atul, klo naek bis jaya bisa gag? Kata atul, boleh.
Haiisshh,, si penjemput senyam senyum (mungkin dalam hatinya, Thutti gag
percaya bangeet sama saya).
Bukan soal percaya gag percaya, tapi liburan
sendirian itu semacam ironi yang harus di lewati. Kadang takut, namun rasa
bahagia lebih mengungguli. Mungkin ini yang dinamakan BEBAS.
Saya dan
si penjemput pun berpisah. Saya melambaikan tangan dari balik kaca jendela bis
(ini bukan pertemuan terakhir kan? tanyaku dalam hati).
to be continue......
to be continue......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar