Kamis, 29 Januari 2015

My Trip #NotwalkAlone



Part I

Kali ini saya akan menikmati  free time selama 4 hari. Saya tidak cuti kerja, saya bolos (jangan ditiru, ini contoh generasi  salah jalan). Tujuanku sebenarnya adalah membuang beberapa kepenatan yang tidak sempat tersalurkan saat libur tahun baru lalu. Iyaps, sy liburan. Dan salah satu tujuan liburan kali ini adalah mengunjungi  teman  seperjuangan sewaktu masih berstatus  aktivis persma. Entah takdir apa yang mempertemukan ku dengan gadis bernama Hidromatul Maqnuah, di panggil atul, asal madiun, otak dan hatinya sejalan dengan kegilaanku (hahaaiiiii). Nah, ijin liburku kali ini juga bertepatan dengan Reuni Alumni PPMI di Jakarta.
Yaps, kembali tentang PPMI. Dosa yang indah yang pernah sy lewati beberapa tahun lalu. Dosa yang memberikan banyak pelajaran berharga. Mulai dari hubungan emosional hingga karir. Dosa ini semacam candu yang tidak butuh rehabilitasi. Karena candu kali ini adalah pelajaran hidup yang harus selalu ada.
Kamis pagi. Cuaca hari ini sangat mendukung. Cerah berbinar seperti kebahagiaan ku membayangkan liburan yang hanya 4 hari. Ngeneess high quality sih, tapi tak apalah 4 hari yang berbahagia ini akan sy gunakan sebaik2nya (sama seperti saya mengirit uang 50rb pra H-5 tanggal gajian).
Sebelum berangkat kebandara, saya periksa kembali barang2 bawaan. Jangan sampai ada yang terlupa. Dan sebagai admin yang bertanggung jawab, saya juga  sempat melayangkan pesan singkat untuk asisten admin yang akan menghandle kerjaan selama saya liburan. Baiklah, taksi yang via delivery order sudah tiba depan rumah. Koper cantik saya masukan dalam bagasi, pamitan sama adek sepupet kesayangan dan cuuusss. Perjalanan pun di mulai.
Sepanjang perjalanan dari rumah menuju bandara sy banyak ngobrol dengan bapak supir taksi.  Si bapak bercerita tentang pengalaman nya jadi supir taksi. Beliau sudah 28  tahun jadi supir taksi (wowww, saya belum lahir waktu itu, di rencanakan saja belum). Sudah keluar masuk 4 perusahaan taksi. Dan di salah satu perusahaan taksi beliau sempat menyicil 1 buah mobil. Menurutku itu kereen. Dari cerita si bapak, jadi supir taksi itu menyenangkan. Bisa berbaur dengan banyak kalangan. Saya perhatikan  Bapak supir taksi ini seumuran papa. Waaah, jadi kebayang wajah papa (lelaki yang satu itu tak pernah luput dari perumpamaan kehidupan).
Singkat cerita, sampailah saya di bandara. Saya langsung chek in. Setelah chek in, saya liat jam, penerbangan 1 jam lagi. Kayaknya sy masih punya waktu untuk memenuhi hak tubuh di salah satu tempat makan cepat saji yang ada di bandara. Penghuni lambung sudah demo.

Pukul 09.45 wita, pesawat yang saya tumpangi terbang ke tanah jawa. Liburan sendirian (kataku dalam hati). Dan pukul 10.10 wib sy tiba di Juanda Airport. Menurut rencana, dari bandara saya akan langsung ke Madiun.

Untuk sampai keterminal, saya harus menunggu jemputan lagi. Kali ini saya akan di jemput sama eks Sekjend PPMI nas. Juga, teman seperjuangan semasa di persma. Setelah menghabiskan 1 gelas fooster grape, si penjemput datang. Kami pun cuss terminal.


Saya tidak akan cerita banyak soal si penjemput. Nanti di bilang modus. Intinya doi pernah jadi org paling baik dalam perjalanan hidup. Big thanks beb. Hahahah
Baiklah, sekarang sudah di dalam bis. Menurut rekomendasi atul, sy harus naik bis Restu. Si penjemput bilang naik bis Jaya juga bisa. Sama kok, dan pasti nyampek. Katanya gitu. Saya tanya atul, klo naek bis jaya bisa gag? Kata atul, boleh. Haiisshh,, si penjemput senyam senyum (mungkin dalam hatinya, Thutti gag percaya bangeet sama saya).
Bukan soal percaya gag percaya, tapi liburan sendirian itu semacam ironi yang harus di lewati. Kadang takut, namun rasa bahagia lebih mengungguli. Mungkin ini yang dinamakan BEBAS.

Saya dan si penjemput pun berpisah. Saya melambaikan tangan dari balik kaca jendela bis (ini bukan pertemuan terakhir kan? tanyaku dalam hati).

to be continue......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar