Part II
Go To Madiun
Pukul
13.25 bis Jaya yang saya tumpangi bertolak ke madiun. Saya sudah posisi wena di
dalam bis, tugas berikut adalah kabari mama,
“ma, sy dh tiba di surabaya jam 10.15 tadi sekarang sudah di bis menuju rumahnya atul”.
“Oke, Hati-hati” balasan sms yang di kirim melalui ponsel papa.
Saya duduk di kursi berbaris dua. Kursi di sebelahku masih kosong. Yes, bisa selonjorin kaki nanti , kataku dalam hati. (iyaa, kan bis punya bapak moyang mu,, hahahah)
“ma, sy dh tiba di surabaya jam 10.15 tadi sekarang sudah di bis menuju rumahnya atul”.
“Oke, Hati-hati” balasan sms yang di kirim melalui ponsel papa.
Saya duduk di kursi berbaris dua. Kursi di sebelahku masih kosong. Yes, bisa selonjorin kaki nanti , kataku dalam hati. (iyaa, kan bis punya bapak moyang mu,, hahahah)
Di dalam
bis, tiba-tiba saya di serang rasa kantuk yang menguras hati. Teringat
kata-kata mama, “kalau tidur, perhatikan sekelilingmu, pastikan barang bawaanmu
aman” (haiissshhh,, anak mami bangeet). Bis nya berhenti, ada beberapa
penumpang yang baru naik. Saya lihat papan
reklame yang ada, ternyata masih di Sidoarjo. Dari penumpang yang naik, ada
salah satu yang duduk di samping ku. Seorang
TNI AU, usianya sekitar 50 tahun. Dan lagi, bapak TNI ini seumuran papa
(papa lagi).
Lanjut
cerita, lagi sibuk baca2 pesan BBM, ponselku bordering, telepon dari kantor rupanya. Saya bicara di telepon dengan
dialeg Makassar yang sangat kental. Selesai
ngobrol, si bapak nyapa duluan.
“Bukan
asli jawa ya nak”
(Alhamdulillah,
sy di panggil nak, jd si bapak bukan **I senior genit) “iya pak, saya dari
Makassar” jawabku.
Si bapak
sepertinya tau klo saya mengantuk, “kalo mau tidur, tasnya di amankan yaa”
katanya lagi.
Saya
hanya menjawab dengan senyum dan anggukan (bukan sok jaim, tapi mata benar2
tidak bisa di ajak kompromi).
tanpa pikir panjang saya pasang headset di telinga, merapikan tas dan mencoba untuk memejamkan mata. Siapa tau saja bisa tidur. Lelah perjalanan udara masih terasa.
tanpa pikir panjang saya pasang headset di telinga, merapikan tas dan mencoba untuk memejamkan mata. Siapa tau saja bisa tidur. Lelah perjalanan udara masih terasa.
Bis terus
melaju, saya terbangun, liat jam sudah pukul 14.53 wib. Artinya saya tidur lebih dari sejam. Bapak TNI yang di sampingku sudah tidak ada, mungkin dia turun pas saya
lagi tidur. Saya liat keluar jendela, sudah masuk kab. Jombang. Saya tanya ke
atul via WA chat,
“Ini udah
di jombang, masih jauh ya kira2”, tanyaku.
“Jomblo,
eh, Jombang. Udah lewat terminalnya belum?, kata Atul.
“gag tau,
tapi tadi baca papan nama sekolah gitu, Kab. Jombang katanya” jawabku lagi.
Trus kata
atul, paling tidak 3 jam lagi. Saya menghela napas, 3 jam lagi di bis. Bosan tiada
tara. Saya ambil hape, nge bbm, nge WA beberapa kontak biar tidak boring.
Melakukan perjalanan panjang, sendirian itu bukan hal baru. Bosan, bete itu cerita lama yang harus di lewati. Tahun lalu pernah pulang ke bau-bau sendirian yang rute nya di alihkan karena pesawatnya delay. Seharusnya saya naik pesawat Merpati Airlines Makassar-Baubau. Tapi karna delay, jd ruteku berubah menjadi Makassar-Kendari-Baubau. Kendari-Bau tidak naik pesawat, melainkan naik super jet (kapal cepat), perjalanan laut di tempuh selama 6 jam. Dan ini untuk pertama kalinya menginjakan kaki di kota Kendari. Padahal saya orang Bau-bau asli loh. Kapalnya transit di kota Raha.
Sebenarnya saya mensyukuri pergantian rute ini. Ibaratnya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Tujuan ku ke bau-bau, tapi malah saya melewati banyak kota. Rugi di waktu sih, tapi not bad laah.
Lanjut cerita.
Maen Game yang ada di hape udah, chating dengan beberapa kontak udah. Bosan chat, bosan maen game liat2 keluar jendela banyak sawah. Berbalik ambil hape potrat potret pemandangan di luar.
Eh, malah panggilan alam paling menjengkelkan datang. Kebelet pipis. Gilaaaakkkk. Saya kembali chat WA Atul.
Melakukan perjalanan panjang, sendirian itu bukan hal baru. Bosan, bete itu cerita lama yang harus di lewati. Tahun lalu pernah pulang ke bau-bau sendirian yang rute nya di alihkan karena pesawatnya delay. Seharusnya saya naik pesawat Merpati Airlines Makassar-Baubau. Tapi karna delay, jd ruteku berubah menjadi Makassar-Kendari-Baubau. Kendari-Bau tidak naik pesawat, melainkan naik super jet (kapal cepat), perjalanan laut di tempuh selama 6 jam. Dan ini untuk pertama kalinya menginjakan kaki di kota Kendari. Padahal saya orang Bau-bau asli loh. Kapalnya transit di kota Raha.
Sebenarnya saya mensyukuri pergantian rute ini. Ibaratnya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Tujuan ku ke bau-bau, tapi malah saya melewati banyak kota. Rugi di waktu sih, tapi not bad laah.
Lanjut cerita.
Maen Game yang ada di hape udah, chating dengan beberapa kontak udah. Bosan chat, bosan maen game liat2 keluar jendela banyak sawah. Berbalik ambil hape potrat potret pemandangan di luar.
Eh, malah panggilan alam paling menjengkelkan datang. Kebelet pipis. Gilaaaakkkk. Saya kembali chat WA Atul.
“barusan
lewat tugu adipura, gag tau kota apa, brapa jam lagi, sumpaah kebelet pipis,
gag bisa nahan” kataku.
“ahahahah,
tahaaan” kata atul dengan nada mengejek.
Tak lama,
bis berhenti di salah satu terminal. Saya minta ijin pak kondektur mau pipis dulu di toilet terminal.
Kembali dari
toilet saya liat-liat sekeliling terminal. Cari-cari papan nama kali saja
keliatan ini terminal apa. Soalnya saya orang yang super kepo, harus detail. Lalu saya Tanya pak kondektur, katanya ini terminal
Caruban Nganjuk. Tempatnya bersih, banyak penjual. Sebagai tempat yang baru
saya datangi, lumayan menarik lah.
Bis kembali
melaju, saya pun melanjutkan perjalanan, menurut kata pak kondektur , Pasar
pagotan (tempat tujuan ku) masih satu setengah jam lagi. Saya liat jam kembali
pukul 16.25. Perut sudah mulai keroncongan. Harus di tahan sampai satu setengah
jam kedepan.
Tidak
lama kemudian, gerbang Kota Madiun sudah
terlihat. Saya girang, sebentar lagi tiba. Tapi cuaca bikin panik. Awan menghitam,
hujan sudah turun dengan lebaatnya. Bagaimana saya di jemput sama Atul samlehoy
nanti?
“Pasar pagotan,
pagotan” teriak pak kondektur. Hujan sudah reda. Saya turun dari bis, tepat di
lampu merah. Lalu saya telpon Atul,
“Jangan
lama2, saya di lampu merah, klo kamu lama, saya bisa laku di sini” kataku via
telpon. Atul tertawa dengar celoteh ku yang sedikit membual.
Atul pun tiba, dan kami cuss
kerumah. Segera istrahat karena perjalanan besok pasti lebih melelahkan.
Madiun-Yogyakarta-Jakarta.
to be continued......
to be continued......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar