By : Hidromatul Maqnuah
Writer, Atul |
Namun,
tidak semua pemilik akun menggunakan medsos sebagai ruang pengakuan dunia,
karna ada sebagian dari mereka yang menggunakannya hanya untuk bersenang-senang
atau hanya sekedar iseng. Tentu mereka tidak akan menggantungkan diri pada
eksistensi medsos.
Ada
istilah lama mulutmu harimaumu dan kemudian muncul istilah baru statusmu
harimau mu. Tulisannmu harimaumu. Apapun yang kalian ungkapkan dalam medsos
bisa menjadi boomerang bagi pemiliknya. Sampai ada kasus pencemaran nama baik
yang di pidanakan hanya karna seseorang
curhat di medsos. Untuk itu, kita memerlukan control diri untuk menggunakan
medsos dengan bijak. Tapi apa mau di kata medsos memang sungguh menjadi lahan
yang menggiurkan, bukan?? Terlebih lagi untuk mereka yang sedang dalam masa
galau.
Mami Ecka Pramita |
Mengenai
control diri, saya jadi teringat status BBM senior sekaligus teman yang baik.
Mami Ecka. Begitu saya biasa memanggilnya. Tidak ada alas an khusus kenapa saya
suka memanggil mami, selain daripada sosoknya yang keibuan (menurut saya).
Oke,
mari kita kembali pada status mami di PM (personal Message), mami menuliskan
sebuah pernyataan bahwa “terkadang, mengobrol dengan diri sendiri itu di
perlukan”. Saya sepakat dengan pernyataan tersebut. Jika tadi saya katakan tentang
control diri dari kilauan medsos, saya rasa inlah salah satu caranya. Berbicara
dengan diri sendiri selain daripada membicarakan dengan orang lain tentunya.
Pernakah
kalian mengobrol dengan diri sendiri seolah-oleh diskusi? Jangan pernah
beranggapan bahwa yang demikian itu memalukan. Gila. Sesungguhnya tiidak segila
itu. Bukankah orang gila tidak pernah menganggap bahwa dirinya gila? Mereka selalu
beranggapan bahwa drinya waras. Bahkan bisa jadi mereka menganggap orang yang
lain yang normal itu gila. Kenapa? Karna orang normal penuh dengan masalah
mereka mengeluh, resah, merasa tertekan. Sedangkan orang gila selalu menikmati
apapun yang mereka lakukan. Hidup untuk di nikmati bukan? Jadi hal ini tidak
salah. Tidak akan menjadikanmu aneh ketika mengobrol dengan diri sendiri selama
kita sadar dan bisa mengontrolnya.
Disadari
atau tidak, sebenarnya hal ini bisa membantu kalian saat dalam masalah karna hanya
diri kalianlah yang paling, mengerti dan memahami kondisi sebenarnya. Berbicara
dengan orang lain tentu diperlukan. Meminta bantuan orang lain untuk mencarikan
solusi dari suatu masalah memang baik. Tapi apakah kalian sadar apapun solusi
yang orang lain berikan, hasil akhirnya tetap diri kalian yang memutuskan. Apakah
sanggup atau tidak. Dan jika kalian melakukan hanya karna itu dari orang lain,
saat solusi gagal, kalian pasti sedikit banyak akan menyalahkan orang yang
memberimu solusi. Berbeda kalian melakukan dalam keadaan lain. Tetapi kalian
yang memutuskan apakah dilakukan atau tidak. Saat gagalpun, kalian tidak akan
menyalahkan orang lain. Dan lagi, bergantung pada orang lain itu tidak baik, tidak
akan menjadikanmu mandiri.
Saat
kalian mengobrol dengan diri sendiri secara tidak langsung akan ada pembagian
peran. Ada yang mengadukan masalah dan memberikan solusi. Percayalah kita tidak
diciptakan bodoh. Tuhan menciptakan kita begitu sempurna ketimbang makhluk
hidup yang lain. Itulah kenapa kita harus bisa survive dengan diri sendiri.
Jiwa
manusia terdiri dari tiga bagian. Ide, ego, super ego. Dimana setiap bagiannya
mempunyai peran sendiri saat kita mengalami masalah.
Kemarin,
saat saya dan mami ecka mendiskusikan hal ini kami sepakat bahwa control manusia
terletak pada ego. Semua yang mereka lakukan berawal dari ego. Tentang apa yang
mereka pikirkan dan lakukan. Namun dalam menghadapi msalah, tiga unsure tersebut
akan bersaing tentang apa yang akan di putuskan. Termasuk ketika kita mengobrol
dengan diri sendiri saat menggali solusi. Ego dan ide akan berbenturan hingga
kita harus mendengarkan superego untuk menstabilkan.
Manusia
membutuhkan kesadaran saat melakukan atau memutuskan sesuatu. Karna tanpa kesadaran,
manusia akan sama dengan hewan. Jadi jangan khawatir, ketika kita mengobrol
dengan diri sendiri dengan penuh kesadaran kita tidak akan menjadi gila.
Kesadaran
seperti apakah itu? Kesadaran tanpa pembenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar