Rabu, 07 Oktober 2015

Assalamualaikum BNI Syariah

"Kuat itu bukan mereka yg selalu menang dan mereka yg selalu bangun setiap kali terjatuh, tapi Kuat adalah mereka yg bisa meninggalkan zona nyaman, untuk memulai yg baru. Jika kamu tak setuju, aku tak peduli (Milea)"

Mungkin tulisan ini sudah terlambat, tulisan yang seharusnya sudah  di aplot sejak 2 bulan yang lalu, malah baru bisa terealisasikan sekarang. Kini, saya memahami satu hal, salah satu faktor yang menjadikan orang gag konsen adalah masa transisi. Dan lagi, blog ini akan kembali terisi dengan kisah Brian O'conner yg meninggalkan sang istri untuk ikut dalam misi Dominique Toretto (hahhaaa, kamu bingung? Sama, saya juga).
Baiklah, akhir Juli lalu saya menentukan sebuah keputusan. Keputusan tentang karir (ciee, karir dong,, biar kereen gituu). Zona nyaman yang memberikan saya banyak pengalaman, memberikan saya keluarga, teman gaul, kehidupan kereeen. Zona nyaman yang membentuk seorang Thutti Talangko menjadi Thutti Frutty (Makasih mbak Natalia Mega sudah memberiku nama baru). Thutti Frutty yang tomboi jd sedikit lembut (tapi bukan kemayu,, tolong catat yg ini) yang siap di benturkan dengar berbagai macam komplain agen dan nasabah prudential. Yaah, kadang koro2ang, kadang baik tapi tetap profesional. Mungkin saya tidak perlu gambarkan bagaimana bahagianya saya bekerjasama dengan orang-orang hebat di prudential. Kalian cukup tau bahwa kondisi agencyku ketika itu sama dengan kebahagiaan keluarga harmonis.
Hingga saya harus mengambil keputusan besar, meninggalkan zona nyaman. Jujur, waktu itu saya menangis di hadapan pak Bos Subhan Najamuddin. Meninggalkan Pru Passion GM1 dan pindah ke BNI Syariah.

Assalamualaikum BNI Syariah KFO Sidrap

Sejujurnya, saya tidak punya pengetahuan apa-apa tentang perbankan (mungkin karena saya suka bolos setiap kali guru ekonomi/akuntansi mengajar). Saya hanya suka mencoba hal-hal baru. Di BNI Syariah saya di tempatkan di area Pare-pare, lebih tepatnya di KFO Sidrap.
Mungkin saya sedikit jelaskan tentang kabupaten Sidrap. Kabupaten yang dijuluki kota beras ini berjarak 190 km dari kota makassar, bisa di tempuh dengan mobil atau motor sekitar 4 jam. Tarif angkutan umum dari makassar ke sidrap Rp. 80.000 (tidak ada bus ke kota ini, melainkan mobil plat hitam yg dijadikan angkutan umum). Oia, ibukotanya Pangkajene, dijuluki kota Nene Mallomo banyak penjual es bubble, penjual nasu palekko, pasar sentralnya 3 kali seminggu, ada lapangan bulu tangkis, lapangan futsal, ada pantai kering (semacam tempat nonkrong gtu, bebs), cafe rubi, chilos dan yang harus di catat di pangkajene ada Cafe Masadidu disingkat MSD.
Nene Mallomo Team
Pertama kali memasuki lantai BNI Syariah KFO Sidrap jantungku berdegup tak beraturan. Bukan bahagia, bukan juga sedih. Kebingungan. Kamu tau deg2an awal jadian sama pacar? Yaa, seperti itu rasanya. Bersosialisasi dengan sistem baru, adaptasi dengan karakter2 baru, punya teman baru, daerah jajahan baru, atasan baru, baju baru, sepatu baru, jilbab baru, kost baru.
Memahami lagi, hatiku berbisik seperti itu. Satu pertanyaan, mungkinkah disini suasananya akan se-kekeluargaan di kantor lama??? Ini menjadi tuntutan pertama yg tidak sempat terucap.
Sembilan minggu berlalu, kantor belum live dan chemistry di antara pegawai mulai terbangun. Kekeluargaan yang jadi tuntutan si hati galau pun sudah terbentuk. Saya kembali menemukan keluarga di sini. Mereka yang menjadi alasan tawa dan cerita. Kadang dalam hati saya selalu teriak "mama, anakmu tidak sendiri di sini, anakmu bahagia, jangan khawatir, Si anak gadis yang tidak pernah dianggap dewasa, kini mandiri di Bumi Nene Mallomo". Saya tidak perlu menggambarkan karakter mereka di sini, yang pasti mereka tidak pernah buat saya jatuh dan terpuruk. Mereka menjadi alasan hati ini selalu bahagia.
Dan diminggu kesembilan berlalu, sistem berubah. Ini seperti revolusi prancis yg terjadi berabad2 lalu. Jika mengguncang dunia sudah mainstrem, ini mengguncang hati yang sok baja padahal rapuh (lebaii yah, gag peduli, kan sy yg penulisnya). Tiba-tiba ada telpon dari kantor area, :
"Assalamualaikum BNI Syariah KFO Sidrap, dengan Tuti ada yg bisa di bantu" | "oh, iya Tuti, kebetulan kamu yg terima telpon, saya mau bicara dengan kamu,, ini ada posisi Teller kosong di KFO Soppeng, kamu ditawarkan untuk mengisi posisi itu, gimana? | Darahku berdesir, sy semacam grogi tidak tau apa penyebabnya, lalu dengan terbata2 sy jawab "eemm, harus di jawab sekarang kak? Bisa sy pikirkan dulu, 10 menitlah, nanti saya telpon balik" | "oke".
Durasi pembicaraan kurang dari 2 menit itu seperti bom waktu. Saya akan di pindahkan ke KFO lain. Coba bayangkan, setelah begitu banyak bahagia dan tawa yang kami lalui, saya harus ikhlas berpisah dengan mereka. Bingung, mau berdiskusi dengan siapa. Mulut, hati dan otak semacam kompak tidak sejalan. Mengajak Tuhan berdiskusi, mungkin itu pilihan yang tepat.
Singkat tulisan, tawaran pindah pun saya terima. Alasan mengapa saya terima tawaran dari area, biar hanya saya dan Tuhan yang tau (kalian, terutama mama dan papa tidak perlu, karena ini ekstrim dan berbahaya).
Sembilan minggu, saya harus merasakan dua kali kehilangan. Saya belum berperang disini, tapi malah harus move. Melihat-lihat setiap sudut kantor,,, ah... sy harus meninggalkan ruangan ini sebelum resmi saya tempati. Rusaknya, mataku malah mengeluarkan cairan (cengeng, mgkn hatimu akan berkata seperti itu, epen kaah). "Mau liat preman menangis, liat kak tuti sekarang", ejekan dari
She was the best character for us.
We will be miss you so dear,
really really miss you.
Nini yang tidak akan pernah saya lupa. Nini yang di juluki Achoss karena kebalakian nya tiada tara. Nini yang kocak, bongsor, mandiri, baik hati, ramee (kayak drum di isi kelereng), dan rapuh. Sepanjang siang, saya galau berlapis-lapis dan ini lebih sakit daripada lagi jalan trus di seruduk terong di cabein. Entah mereka gimana,, mungkin saja sedih atau malah senang dengan kepindahanku (maaf, saya harus banyak curiga karna kata PAM ku, di sini kita harus saling curiga).
Hingga kemudian telpon kantor pun berdering kembali, kali ini di terima sama Nini. Saya dan yang lain lagi di lantai 2, lagi belajar (biar pinter). Nini datang dengan berita baru:
"Kanda, (panggilan akrab PUM ku) barusan telpon dari area, saya yang dipindahkan ke KFO Soppeng, bukan kak Thutti". Semua yang diruangan tersentak. Saya malah lebih kaget lagi. Prosedur macam apa ini, mengapa di ombang ambing kayak sampah di laut yang tak tau arah jalan pulang. Lalu, apa gunanya airmataku yang tadi keluar. Gag mikir apa yaa, dengan keputusan seperti ini ada banyak hati yang tersakiti (benar gag,, tp ini hanya kecurigaanku saja sih). Entah apa pertimbangan dan alasannya sampai tercipta kondisi ini.
Finally, Nini yang ke Soppeng, bukan saya. Jangan dibilang saya bahagia yaa, karena jika di tanya siapa yang paling sedih saya yang mengacungkan tangan paling tinggi. Berpisah dengan Nini, perempuan menyenangkan yang dengan jujurnya bilang "ih, itu kak Thutti sombongnya deh" (pandangan pertama Nini tentang saya) ternyata ini jawaban darah berdesir di atas, pisah dengan Nini Achoss.

She was the best character for us. We will be miss you so dear,, really really miss you.

Lalu saya??? Saya malah tidak sempat mengucapkan Assalamualaikum BNI Syariah KFO Soppeng. Saya harus tetap di kota Pangkajene hingga waktu yang tidak ditentukan. Saya harus memperlihatkan bahwa mereka tidak boleh rapuuh dengan skenario Tuhan yang terjadi dalam waktu kurang dari 5 jam ini. Dengan cara apa, biarkan itu jadi PR ku.


Kita mungkin punya banyak rencana, tapi jangan lupa, bahwa ada Sang Maha Menentukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar