Tulisan inis eharusnya diposing Maret 2017, namun karena filenya tiba-tiba hilang jadi lupa mau diposting. Sampai akhirnya Flaskdisk yang berisikan tulisan ini ketemu.
Masih boleh saya posting kan?? hihihih
Kulkas dan Anak Rantau
Jadi anak rantau itu nano-nano. Ada enak ada juga enggak
enaknya. Kadang bahagia kalo mau kemana-mana karna tidak perlu rempong urusin
ini itu. Tapi suka galau kalo liat rombongan keluarga lengkap. Itu galaunya
maksimal tiada tara.
Ini sedikit cerita tentang perjalanan kemarin. Sekaligus
perkenalan beberapa daerah di provinsi Sulawesi-Selatan. Siapa tau bermanfaat
buat kamu yang suka trip.
Sabtu kemarin ada acara pernikahan senior kantor. Acaranya di
Siwa, kota kecil di kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Kota yang memiliki
pelabuhan penyebrangan, menghubungkan Siwa (Sulawesi Selatan) dengan Lasusua
(Sulawesi tenggara ). Kota yang terkenal dengan hasil lautnya.
Nah, sesuai kesepakatan perjalanan (ciielaah, kayak
perjalanan ke luar negeri gitu ya) saya akan berangkat bareng kak Yadin (rekan
kerja di kantor), kita ke Sengkang
(ibukota Kabupaten Wajo) dan nanti saya dan kak Yadin bareng pak Syahrul
(kembali rekan kerja di kantor) ke Siwa. Katanya biar datangnya rame-rame jadi
gak canggung. Alasan yang pas menurutku. Hahahah
Oke, sabtu pagi, pukul 08.00 saya dan kak Yadin start dari
Sidrap. Perjalanan panjang dimulai. Untuk sampai ke Sengkang butuh waktu 1 -
1,5 jam. Tergantung kecepatan kendaraan. Sampai di rumah pak Syahrul, kami
istrahat beberapa menit sebelum lanjut ke Siwa.
Pukul 10.00 kami berangkat ke Siwa. Perjalanan ke Siwa, saya
diingatkan dengan kampung halaman. Seperti dejavu. Kondisi jalan raya yang
hampir sama, belok-belok, meliuk-liuk, naik turun tanjakan, hutan pinus,
sawah, persis seperti perjalanan
Baubau-Pasarwajo. Mengobati rindu.
Sampai di siwa pukul 11.45, ganti pakaian (pake pakaian adat
bugis). Meski ini bukan pengalaman pertama pake baju adat bugis tapi yang ini
sedikit berkesan. Bajunya berat, banyak manik-maniknya. Bayangin tubuh mungil
pakek baju gede plus manik-manik dikanan-kiri, depan belakang baju. (pliiss,
jangan dibayangin, saya saja gak kuat)
Setelah salam-salaman, foto-foto, ngobrol ini-itu, see hy
teman lama,, kita pulang.
Kembali menempuh perjalanan dejavu. Hampir 2 jam di mobil,
biasanya saya ngantuk berat tapi karena suasana perjalanannya seperti pulang
kampung tidak ada rasa ngantuk dikepalaku. Mata melek, otak berimajinasi
membayangkan Baubau-pasarwajo. Ah, bahagianya anak mama.
Sampai di Sengkang, perjalanan belum berakhir. Bukan berarti
harus balik kesidrap. Melainkan saya harus ke Makassar. Ada mama, sang belahan
jiwa menunggu disana.
Diantar pak syahrul dan istri ke perwakilan mobil
Sengkang-Makassar, pukul 16.00 saya berangkat dari Sengkang.
Saya sedikit cerita tentang mobil yang saya tumpangi. Mobil
sengkang-makassar punya perwakilan semacam biro perjalanan gitu. Ambil tiket,
trus bayar perwakilan. Beda kayak mobil Sidrap-Makassar yang belum punya
perwakilan dan gak pake tiket. Karena pak syahrul dan si supir sudah saling
kenal, saya dapat kursi di depan padahal saya bukan penumpang pertama.
Sebenarnya duduk didepan bukan satu-satunya pilihan terbaik sih, asal saya gak
dapat kursi paling belakang saja. Karna menurutku kursi paling belakang bukan
pilihan yang menyenangkan. Untuk perjalanan jauh kita pasti butuh suasana yang
nyaman bukan?
Oke, lanjut ke perjalanan. Suasana perjalanan
sengkang-makassar tak kalah menakjubkan. Ketemu bukit, kabut, hutan,
perkampungan ramah lingkungan, pokoknya adem. 5 jam duduk cantik di mobil,
gonta ganti posisi duduk juga tidak terlalu membosankan.
Tapi ada sedikit insiden. Dimobil yang saya tumpangi, ada
cewek yang duduk tepat dibelakangku. Sepertinya dia sudah akrab sama pak supir.
Saya bisa menebak dari pembicaraannya sama pak supir. Karena dia terlalu banyak
cerita saya jadi tau banyak, dia kerja dimana, cewek kayak apa, dan sudah
menikah beberapa hari lalu (tepatnya tanggal 27 februari). Ah, si cewek
buka-bukaan bangeet, kayak acara kepo mbak feni rose saja.
Karena saya bosan dengar obrolan si syupir dan si cewek, jadi
saya memilih untuk dengerin musik saja. Ambil headset, setel lagu lalu sandarin
bahu. Dan eng ing eng, pas sandar,, kepalaku malah kejedot benda yang lumayan
keras. Saya kaget dan balik, mau tau itu benda apa. Ternyata kaki si cewek.
Astagaaahh, itu gak sopan banget. Serius! Sicewek itu angkat kaki dan disimpan
di kursi tepat di kepalaku. Entah sejak kapan. Benar-benar tidak tau sopan
santun. Dimobil itu bukan cuma kami bertiga, ada 2 lagi penumpang lain yang
satu ibu-ibu duduk disamping si cewek dan satu lagi anak muda duduk di kursi
paling belakang. Masaaak dia bisa luwes bangeet bersikap seperti itu.
Senakal-nakalnya saya, tidak pernah terlintas sedikitpun
diotak keceku untuk berbuat yang sama.
Spontan saya plototin si cewek dan marah,
Kataku “itu kakinya kurang sopan mbak”
Dan jangan tanya apa yang dilakukan sicewek. Jangankan minta
maaf, senyum saja enggak. Omaigat,, bener-bener minta satu jurus harimau lapar
ketemu kelinci. Sumpah, waktu itu emosi sekali. Tapi jurusnya urung keluar. Si
cewek itu badannya, omegaat,, mirip kulkas punya mamaak. Gak lucu kan kalo
nanti keluar di media, seorang gadis asal Baubau terlibat baku hantam dengan
kulkas diperjalanan sengkang-makassar. Belum pengen jadi artis saya mah.
Lalu jangan tanya apa yang dilakukan sisupir, dia lagi pakek
headset sambil telponan sama pacarnya (kayaknya pacar, soalnya panggilannya
sayang-sayang). Jadi gak tau insiden saya dan si kulkas.
Setelah kaki si kulkas di turunin dari tempat sandaran kursi
yang saya tempati, saya sempat liat dari kaca spion, si kulkas tidur.
Ah, sepertinya saya bisa rebahan dengan tenang. Cek per cek,
si cewek itu mabok darat. Haahahah, kualaat kan? Untung saja gak sampai muntah.
Kalo sampai iyaa, trus kena ke saya,, jurus ular, harimau, singa mencakar
kulkas keluar. Serius. Saya gak takut sama kulkas,
Pukul 21.45 saya tiba di rumah, ketemu pelukan mama sambil
curhat tentang sikulkas, mama tertawa, katanya mungkin kamu terlalu kecil jadi
si cewek anggapnya kamu gak ada. Ah, mamaak.
Perjalanan Sidrap-Sengkang-Siwa-Sengkang-Soppeng-Makassar pun
berakhir.
Dan ini cuma seper sekiannya saya melewati perjalanan
panjang. Cuma satu dari sekian puluh kisah saya bersama teman seperjalanan.
Semenjak berstatus anak rantau, perjalanan panjang sudah jadi makanan paling
sering dengan bermacam cerita.
Soal kisah ini, akan saya ceritakan di tulisan berikutnya.
Biarkan kisah kulkas ini sampai disini saja.
To be continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar