Rabu, 06 Desember 2017

Fakta Pahit nak Rantau (Part I)

Tulisan inis eharusnya diposing Maret 2017, namun karena filenya tiba-tiba hilang jadi lupa mau diposting. Sampai akhirnya Flaskdisk yang berisikan tulisan ini ketemu. 
Masih boleh saya posting kan?? hihihih

Kulkas dan Anak Rantau


Jadi anak rantau itu nano-nano. Ada enak ada juga enggak enaknya. Kadang bahagia kalo mau kemana-mana karna tidak perlu rempong urusin ini itu. Tapi suka galau kalo liat rombongan keluarga lengkap. Itu galaunya maksimal tiada tara.
Ini sedikit cerita tentang perjalanan kemarin. Sekaligus perkenalan beberapa daerah di provinsi Sulawesi-Selatan. Siapa tau bermanfaat buat kamu yang suka trip.
Sabtu kemarin ada acara pernikahan senior kantor. Acaranya di Siwa, kota kecil di kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Kota yang memiliki pelabuhan penyebrangan, menghubungkan Siwa (Sulawesi Selatan) dengan Lasusua (Sulawesi tenggara ). Kota yang terkenal dengan hasil lautnya.
Nah, sesuai kesepakatan perjalanan (ciielaah, kayak perjalanan ke luar negeri gitu ya) saya akan berangkat bareng kak Yadin (rekan kerja di kantor), kita  ke Sengkang (ibukota Kabupaten Wajo) dan nanti saya dan kak Yadin bareng pak Syahrul (kembali rekan kerja di kantor) ke Siwa. Katanya biar datangnya rame-rame jadi gak canggung. Alasan yang pas menurutku. Hahahah
Oke, sabtu pagi, pukul 08.00 saya dan kak Yadin start dari Sidrap. Perjalanan panjang dimulai. Untuk sampai ke Sengkang butuh waktu 1 - 1,5 jam. Tergantung kecepatan kendaraan. Sampai di rumah pak Syahrul, kami istrahat beberapa menit sebelum lanjut ke Siwa.
Pukul 10.00 kami berangkat ke Siwa. Perjalanan ke Siwa, saya diingatkan dengan kampung halaman. Seperti dejavu. Kondisi jalan raya yang hampir sama, belok-belok, meliuk-liuk, naik turun tanjakan, hutan pinus, sawah,  persis seperti perjalanan Baubau-Pasarwajo. Mengobati rindu.
Sampai di siwa pukul 11.45, ganti pakaian (pake pakaian adat bugis). Meski ini bukan pengalaman pertama pake baju adat bugis tapi yang ini sedikit berkesan. Bajunya berat, banyak manik-maniknya. Bayangin tubuh mungil pakek baju gede plus manik-manik dikanan-kiri, depan belakang baju. (pliiss, jangan dibayangin, saya saja gak kuat)
Setelah salam-salaman, foto-foto, ngobrol ini-itu, see hy teman lama,, kita pulang.
Kembali menempuh perjalanan dejavu. Hampir 2 jam di mobil, biasanya saya ngantuk berat tapi karena suasana perjalanannya seperti pulang kampung tidak ada rasa ngantuk dikepalaku. Mata melek, otak berimajinasi membayangkan Baubau-pasarwajo. Ah, bahagianya anak mama.
Sampai di Sengkang, perjalanan belum berakhir. Bukan berarti harus balik kesidrap. Melainkan saya harus ke Makassar. Ada mama, sang belahan jiwa menunggu disana.
Diantar pak syahrul dan istri ke perwakilan mobil Sengkang-Makassar, pukul 16.00 saya berangkat dari Sengkang.
Saya sedikit cerita tentang mobil yang saya tumpangi. Mobil sengkang-makassar punya perwakilan semacam biro perjalanan gitu. Ambil tiket, trus bayar perwakilan. Beda kayak mobil Sidrap-Makassar yang belum punya perwakilan dan gak pake tiket. Karena pak syahrul dan si supir sudah saling kenal, saya dapat kursi di depan padahal saya bukan penumpang pertama. Sebenarnya duduk didepan bukan satu-satunya pilihan terbaik sih, asal saya gak dapat kursi paling belakang saja. Karna menurutku kursi paling belakang bukan pilihan yang menyenangkan. Untuk perjalanan jauh kita pasti butuh suasana yang nyaman bukan?
Oke, lanjut ke perjalanan. Suasana perjalanan sengkang-makassar tak kalah menakjubkan. Ketemu bukit, kabut, hutan, perkampungan ramah lingkungan, pokoknya adem. 5 jam duduk cantik di mobil, gonta ganti posisi duduk juga tidak terlalu membosankan.
Tapi ada sedikit insiden. Dimobil yang saya tumpangi, ada cewek yang duduk tepat dibelakangku. Sepertinya dia sudah akrab sama pak supir. Saya bisa menebak dari pembicaraannya sama pak supir. Karena dia terlalu banyak cerita saya jadi tau banyak, dia kerja dimana, cewek kayak apa, dan sudah menikah beberapa hari lalu (tepatnya tanggal 27 februari). Ah, si cewek buka-bukaan bangeet, kayak acara kepo mbak feni rose saja.
Karena saya bosan dengar obrolan si syupir dan si cewek, jadi saya memilih untuk dengerin musik saja. Ambil headset, setel lagu lalu sandarin bahu. Dan eng ing eng, pas sandar,, kepalaku malah kejedot benda yang lumayan keras. Saya kaget dan balik, mau tau itu benda apa. Ternyata kaki si cewek. Astagaaahh, itu gak sopan banget. Serius! Sicewek itu angkat kaki dan disimpan di kursi tepat di kepalaku. Entah sejak kapan. Benar-benar tidak tau sopan santun. Dimobil itu bukan cuma kami bertiga, ada 2 lagi penumpang lain yang satu ibu-ibu duduk disamping si cewek dan satu lagi anak muda duduk di kursi paling belakang. Masaaak dia bisa luwes bangeet bersikap seperti itu.
Senakal-nakalnya saya, tidak pernah terlintas sedikitpun diotak keceku untuk berbuat yang sama.
Spontan saya plototin si cewek dan marah,
Kataku “itu kakinya kurang sopan mbak”
Dan jangan tanya apa yang dilakukan sicewek. Jangankan minta maaf, senyum saja enggak. Omaigat,, bener-bener minta satu jurus harimau lapar ketemu kelinci. Sumpah, waktu itu emosi sekali. Tapi jurusnya urung keluar. Si cewek itu badannya, omegaat,, mirip kulkas punya mamaak. Gak lucu kan kalo nanti keluar di media, seorang gadis asal Baubau terlibat baku hantam dengan kulkas diperjalanan sengkang-makassar. Belum pengen jadi artis saya mah.
Lalu jangan tanya apa yang dilakukan sisupir, dia lagi pakek headset sambil telponan sama pacarnya (kayaknya pacar, soalnya panggilannya sayang-sayang). Jadi gak tau insiden saya dan si kulkas.
Setelah kaki si kulkas di turunin dari tempat sandaran kursi yang saya tempati, saya sempat liat dari kaca spion, si kulkas tidur.
Ah, sepertinya saya bisa rebahan dengan tenang. Cek per cek, si cewek itu mabok darat. Haahahah, kualaat kan? Untung saja gak sampai muntah. Kalo sampai iyaa, trus kena ke saya,, jurus ular, harimau, singa mencakar kulkas keluar. Serius. Saya gak takut sama kulkas,
Pukul 21.45 saya tiba di rumah, ketemu pelukan mama sambil curhat tentang sikulkas, mama tertawa, katanya mungkin kamu terlalu kecil jadi si cewek anggapnya kamu gak ada. Ah, mamaak.
Perjalanan Sidrap-Sengkang-Siwa-Sengkang-Soppeng-Makassar pun berakhir.

Dan ini cuma seper sekiannya saya melewati perjalanan panjang. Cuma satu dari sekian puluh kisah saya bersama teman seperjalanan. Semenjak berstatus anak rantau, perjalanan panjang sudah jadi makanan paling sering dengan bermacam cerita.
Soal kisah ini, akan saya ceritakan di tulisan berikutnya. Biarkan kisah kulkas ini sampai disini saja.


To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar