Kata Tasya Kamila “ Yang terpenting untuk anak muda itu mau
berkolaborasi, join komunitas dan bersama-sama mencari solusi untuk permasalahn
disekitar kita”
Kelas Inspirasi Luwuk Timur
Awalnya gara-gara liat postingan salah satu junior yang emang aktif
dikegiatan kelas inspirasi. Lalu saya tertarik mau ikutan. Kali ini kelas
inspirasinya di Luwuk Timur. Sumpah, saya tidak tau Luwuk Timur itu dimana
(gagal deh, jadi anak yang nilai geografinya tertinggi di kelas pada masanya). Lalu
saya chat pribadi.
Namanya Chia. Dia adalah temen organisasi semasa kuliah. Setelah
proses chat pribadi, kedengarannya dia senang sekali saya mau ikut. Memang kita
sudah agak lama tidak ketemu. Semenjak lulus kuliah dan punya kesibukan
masing-masing, hidup kita agak egois. Jangankan ketemu, bertanya kabar saja
jarang. Kata dia di Whatsapp “ikut mi kak, aman ji kalo di Luwuk Timur, ada
ja”.
Okee, saya meng IYA kan.
Jadilah saya terdaftar sebagai relawan pengajar di Kelas Inspirasi
luwuk Timur. Pelaksanaannya 17 Maret 2017. Untuk ke Luwuk Timur (atau saya
sebut Malili saja yah, ibukota Kab. Luwuk Timur) saya menempuh perjalanan 6 jam
dari Sidrap (domisili sekarang).
Berangkat jam 12 malam tiba jam stengah 7 pagi, naik Bus Bintang prima.
Kebetulan saya sudah janjian sama salah satu relawan fotografer yang juga 1 tim
di lokasi KI nanti. Dia start dari makassar, lalu saya dijemput bus yang
ditumpangi dan bareng ke Malili. Saya jelas kan sedikit tentang bus nya. Bus
yang ditumpangi ke Malili ada banyak. Yang saya tumpangi namanya Bintang prima.
Ada juga mega mas. Tarif kesana dari makassar 250K dari Makassar. Karena saya
start dari Sidrap, dikenakan biaya 150K. Busnya full AC, ada selimut dan
bantal. Kursinya bisa di atur sandarannya direbahkan kebawah jadi posisinya
seperti tempat tidur. So, jangan takut tidak nyaman. Cukup pastikan
barang-barang berharga aman ketika tidur.
Kembali ke KI Lutim. Tiba di Malili, saya di sambut Chya. Seperti yang
dia janjikan. Saya di jemput, lalu kita kerumahnya untuk mandi, sarapan dan
siap-siap ikut technical meeting KI.
Disini, saya ketemu sama teman-teman 1 Tim setelah sebelumnya saya
kenal via grup Whatsapp. Saya tergabung di tim SDN 256 Dongi, Kec. Nuha
Soroako. Di technical meeting kepala sekolanya juga ikut. Ibu kepala sekolah
memperkenalkan SDN Dongi secara singkat, jumlah guru, jumlah siswa, kondisi
sekolah dan kelas. Lalu kita para relawan dan tim fasilitator mengatur schedule
dan gimana tehnis nya pas di hari Inspirasi nanti.
Dan tibalah kita di hari inspirasi. Ketemu anak-anak yang lucu,
menggemaskan, jujur, apa adanya. Sistem di kelas inspirasi, kita menginspirasi
di 6 kelas, ganti-gantian sama pengajar yang lain. Jadi jumlah pengajar di tim
Dongi ada 6 orang. pertama saya menginspirasi di kelas 2. Spechless. Anak-anaknya
lucu. Mereka nurut saja ketika saya mengintruksikan nyanyi, tepuk tangan dan
kata sapa lainnya. Yang agak ribet, karena mereka jumlahnya agak banyak jadi
saya kewalahan mengontrol. Lalu gantian ke kelas , begitu seterusnya sampai
kembali ke kelas 3. Materi yang diajarkan tidak sulit. Tugas kita, hanya
meyakinkan mereka bahwa pendidikan itu penting. Jangan sampai berhenti
bermimpi. Memperkenalkan ke mereka berbagai jenis profesi. Jika selama ini yang
mereka kenal hanya Guru, Polisi, Pilot, Dokter, Tentara. Menjelaskan kepada
mereka bahwa ini profesi saya. Seorang pegawai perbankan yang tugasnya
menghitung uang dan membantu para nasabah menabung. Memang harus dengan
kata-kata yang sederhana.
Yang buat saya terharu, ketika mereka begitu antusias memperhatikan
saya sedang menjelaskan. Kita main game, menyanyi, seneng-seneng, bahagia.
Namanya dunia anak-anak, banyakan mainnya.
Sekolah yang saya datangi, bukan tergolong sekolah terpencil. Berada
ditengah-tengah kota kecamatan. Namun antusiasme mereka terhadap pendatang
sangat luar biasa. Mulai dari guru-guru hingga siswa.
Saya jadi teringat bapak. Bapak juga adalah seorang guru. Dan saya tau
betul bagaimana bapak mengabdikan separuh hidupnya untuk siswa. Saya tau betul
bagaimana mantan siswa bapak yang begitu hormat dan sanjung jika ketemu bapak
dijalan.
Sepanjang mengisnpirasi SDN Dongi, tidak henti-hentinya saya menitikan
airmata. Membayangkan betapa perjuangan seorang guru itu bukan perjuangan yang
mudah.
Tidak ada kata-kata yang pas untuk menggambarkan betapa saya terharu
menjadi guru sehari di KI Lutim.
Bertemu orang-orang hebat, orang-orang yang peduli terhadap
pendidikan.
Singkat cerita tentang lokasi KI, Soroako Keren (saya akan kesana lagi,
lagi, lagi).
1000 Guru Sulsel
Tentang 1000 Guru. Tidak sulit untuk tau apa yang dilakukan komunitas
ini. Jika kamu Instaholic, coba kepo di akun @1000Guru.
Dan saya akan bercerita sedikit bagaimana saya bisa gabung di 1000
Guru Sulsel.
Sama seperti Kelas Inspirasi, saya juga tau informasinya dari teman
kuliah. Liat postingan dia tentang Travelling and Teaching (TnT) di salah satu
sekolah pedalaman Sulawesi Selatan. Lalu saya
komen di akun IG dia, “gimana caranya bisa ikut”. Lalu kata dia, ikuti
saja update IG 1000 Sulsel, kalau ada perekrutan volunteer, bisa daftar.
Singkat cerita, setelah komen di IG itu, saya lebih fokus sama urusan
pekerjaan. Maklum, itu tahun-tahun pertama saya bergelut didunia perbankan
dengan seribu satu macam tekanan kerjaannya (sampai lupa mikirin anak orang,
Eh!!).
Lalu oktober 2017, ada update an dari akun 1000 Guru Sulsel, akan ada
perekrutan volunteer untuk kegiatan TnT spesial sumpah pemuda. Saya tertarik,
dan iseng daftar. Kalii ajaa jodoh,, yee kan. (jangan bilang ciyee ciyeee).
Saya pun daftar sebagai volunteer, dengan beberapa tahap pendaftaran.
Setelah lulus daftar Online, lanjut FGD, Wawancara dan diterima untuk ikut
technical meeting.
(kilas balik dikit boleh? Sama seperti KI, saya juga pernah daftar TnT
ternyata, dan tidak ikut Wawancara karena lupa jadwalnya. Sampai akhrinya saya ogah-ogahan
dan tidak ikut kegiatan TnT).
Kembali ke TnT Sumpah Pemuda di Lappatemmu, kab. Barru (saya singkat
TnT Lappatemmu, biar gampang nyebutnya kalii yaa. Harus setuju!!), setelah ikut
wawancara, tahap selanjutnya technical meeting (TM). Again, saya tidak bisa
ikut karena jadwal TM bertepatan hari kerja yang tidak bisa saya tinggalkan.
Daan, panitia (eh bukan panitia, mereka disebut Tim) iyaa, Tim 1000 Guru Sulsel
memaklumi kondisiku yang hanya bisa ikut dikegiatan TnT nya nanti.
Oiya,, saya cerita sedikit (lagi tentang teman di 1000 Guru Sulsel,,
sediikiit saja, gak banyak, tapi kalo kelepasan banyaak, yaa maap). Jadi ada
Tim 1000 Guru Sulsel yang sudah saya kenal. Namanya Acil (dipanggil kak Nas
kalo di Timnya). Nah, si Acil ini dulu temen satu organisasi semasa kuliah.
Pers Mahasiswa, itu nama organisasi yang mempertemukan akyuu dan si Acil. Eh,
ada Conan juga. Conan bukan tim 1000 Guru, dia volunteer, tapi lumayaan lah
kedekatannya sama Tim. Acil, Conan dan Saya (kayak serial cerita anak-anak yaa)
tergabung di PersMa DK Makassar yang kebetulan (kebetulan plus kebenaran
bangeet, saya jadi sekjend untuk wilayah Makassar). Meski saat itu posisi
sekjend saya suka sebutnya kesalahan yang indah (biar romantic, fantastic) tapi
saya banyak belajar dari sini. Sering ketemu, diskusi (persoalan rumah tangga
Indonesia) sampai kadang kelepasan curhat, makan-makan, saling membully.
Lalu kita lulus, dan sibuk pada kehidupan masing-masing. Ketemu mereka
di 1000 Guru semacam dejavu, kalo semasa kuliah kita pernah peduli persoalan
negara (hahahha, iyaa gak sih).
Yaah, anggap saja di sini, saya reuni dengan dua kakaak keceeh.
Back to TnT Lappatemmu, hari pemberangkatan tiba. Seperti rencana,
saya akan start dari Sidrap dan ketemu mereka di Pangkep. Jadi saya tidak ke Makassar
lagi. Lalu kata Acil, nanti saya hubungi salah satu Tim di TnT Lappatemmu
karena dia tidak ikut. Yaah, tidak masalah lah.
Dari hasil TM yang dishare di grup Line khusus TnT Lappatemmu saya
bisa membayangkan sedikit tentang kegiatan ini. Sedikit beda dengan KI. Jadi
saya tergabung di kelas 4 bersama empat orang volunteer yang lain. Prosesnya
mengajarnya sedikit, biar terarah. Jadi ada bahan ajar yang nanti akan kita
jadikan patokan pada saat mengajar nanti. Karena ini spesial sumpah pemuda jadi
bahan ajar yang disiapkan poster dan puzzle yang berhubungan dengan
keanekaragaman Indonesia. Tapi tetep kita pengajar diberi ruang jika punya
metode pembelajaran yang lain.
Singkat cerita (singkat saja yaah, ini udah folio ke 4, ntar bosan
bacanya) setelah proses penjemputan yang dramatis, akhirnya saya ketemu dengan
rombongan TnT Lappatemmu. Yeaayy, saya maah anggap ini bonus weekend. Daripada
weekend nya mati gaya dikamar kost, atau pulang kekota dan ngabisin duit doang?
Iyaa kan.
Lalu, karena akses jalan untuk tiba kelokasi masih dalam perbaikan,
mobil (truk Tentara) hanya bisa mengantar sampai dibatas jalanan yang bisa
dileawati mobil. Selanjutnya kita tracking. Kata beberapa tim, trackingnya
tidak jauh, paling 30 menit, jalannya juga bagus, bukan jalan setapak.
Pukul 02.18 wita, kita tiba dilokasi dan langsung istrahat.
Paginya, kita prepare, sarapan lalu siap2 buat mengajar.
Nah, ini yang bikin spechless. Jika di KI kita ketemu dengan siswa
yang sudah melek dunia digital, disini tidak. Pertama kali ikut kegiatan TnT,
sungguh bikin nyeseek. Namanya juga sekolah pedalaman. Eh, tapi ini bukan
pedalaman ding, semi pedalaman mungkin ya. Untuk kemunikasi dengan siswa,
Alhamdulillah, tidak sulit. Mereka semua mengerti bahasa Indonesia. Yang sulit
adalah menerapkan bahasa Indonesia yang saya pahami biar mereka mudah mengerti.
Sungguh, saya bingung bagaimana bisa menjelaskan kepada mereka bahwa ini loh
profesi saya. Sampai akhirnya semua mentok di “saya adalah tukang hitung uang
orang banyak” (keren gak?? Hahahah, jangan tertawa).
Jadi disini kita tidak mengajarkan pelajaran seperti biasa, tapi
bagaimana meyakinkan mereka bahwa pendidikan itu penting. Mereka harus sekolah,
biar bisa melihat Indonesia itu luar biasa. Mereka tidak boleh putus sekolah,
karena yang menjadikan kita bermartabat adalah skill dan ilmu pengetahuan. Dan
ini tidak mudah. Ada beberapa anak yang antusias, ada juga yang cuma duduk diam
dan tidak paham. Berbagai metode pendekatan dilakukan, dan hasilnya si anak
yang pendiam ini cuma tertarik sama susu ultra yang dibagikan pada saat apel
pagi.
Puas main game, menyanyi-menyanyi, seru-seruan,, kita tiba dipembagian
donasi yang dibawa sama kakak-kakak 1000 Guru Sulsel. Dan jangan ditanya
ekspresi mereka ketika menerima donasi. Ini yang mengajarkan saya harus
banyak-banyak bersyukur.
Proses Teaching selesai. Kegiatan untuk para volunteer masih ada. Tapi
saya tidak perlu jelaskan panjang lebar
kali yaah. Singkatnya, untuk mengakrabkan volunteer dan Tim, ada sharing
session, proses pengenalan dan kesan selama mengikuti kegiatan. Singkat tapi
cukuplah untuk mengenal kakak-kakak yang luar biasa ini.
Karena nama kegiatannya adalah Travelling And Teaching, jadi kegiatan
ini tetap ada travellingnya. Dan kali ini kita mau travelling di air terjun
apaa gitu, lupa namanya. Tapi karena baru selesai hujan, jalan kesana tidak
mendukung. Jadi lokasi travelling diganti ke sungai (yang sayang juga tidak tau
namanya,,, sumpah payaah bangeet gue, apa-apa gak tau nama). Travellingnya cuma
sebentar, tapi hangat dan berkesan. (kudu bilang terimakasih ini kayaknya).
Sampe sini saja kalii yah ceritanya, ini udah folio ke 6. Semoga kamu
gak bosan baca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar